Dalam kehidupan, seringkali kita dihadapkan pada berbagai peristiwa, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Sebagai seorang muslim, kita dianjurkan untuk memahami dan meyakini adanya qada dan qadar sebagai bagian dari rukun iman. Namun, pemahaman yang benar mengenai qada dan qadar seringkali disalahartikan, sehingga menimbulkan berbagai pertanyaan dan bahkan keraguan. Artikel ini akan menjelaskan arti qada dan qadar berjalan menurut hukum sunnatullah secara alami dan merata di seluruh alam semesta, dengan bahasa yang mudah dipahami.
Pengertian Qada dan Qadar
Secara bahasa, qada berarti ketetapan, keputusan, atau ketentuan Allah SWT yang bersifat azali, yaitu sudah ada sejak zaman sebelum diciptakannya alam semesta. Qada merupakan rencana Allah SWT atas segala sesuatu yang akan terjadi. Sementara itu, qadar berarti ukuran, kemampuan, atau perwujudan dari qada. Qadar adalah realisasi dari ketetapan Allah SWT yang telah direncanakan sebelumnya.
Singkatnya, qada adalah rencana, dan qadar adalah pelaksanaannya. Keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan bagian dari ilmu Allah SWT yang Maha Luas.
Sunnatullah: Hukum Alam yang Mengatur Semesta
Untuk menjelaskan arti qada dan qadar berjalan menurut hukum sunnatullah secara alami dan merata, kita perlu memahami terlebih dahulu apa itu Sunnatullah. Sunnatullah adalah hukum-hukum Allah SWT yang berlaku di alam semesta, baik hukum yang mengatur alam fisik maupun hukum yang mengatur kehidupan sosial manusia. Hukum ini bersifat pasti, tetap, dan berlaku secara universal.
Contoh Sunnatullah dalam alam fisik adalah hukum gravitasi, hukum termodinamika, dan hukum sebab-akibat. Sementara itu, contoh Sunnatullah dalam kehidupan sosial adalah hukum bahwa setiap perbuatan akan ada balasannya, hukum bahwa orang yang bekerja keras akan berhasil, dan hukum bahwa masyarakat yang adil dan makmur akan bertahan.
Hubungan Qada dan Qadar dengan Sunnatullah
Hubungan antara qada dan qadar dengan Sunnatullah sangat erat. Qada dan qadar berjalan melalui Sunnatullah. Artinya, ketetapan Allah SWT direalisasikan melalui hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya di alam semesta.
Misalnya, seseorang sakit. Qada Allah SWT adalah bahwa orang tersebut akan sakit. Qadar-nya adalah bahwa penyakit tersebut terjadi pada waktu tertentu, dengan gejala tertentu, dan berlangsung selama jangka waktu tertentu. Semua ini terjadi melalui Sunnatullah. Penyakit disebabkan oleh virus atau bakteri (hukum alam), dan tubuh manusia memiliki mekanisme pertahanan diri (hukum alam) yang berusaha melawan penyakit tersebut. Kesembuhan juga terjadi melalui Sunnatullah, misalnya dengan bantuan obat-obatan atau melalui sistem kekebalan tubuh.
Jadi, sakit dan sembuh bukanlah kejadian yang terjadi secara acak, melainkan merupakan bagian dari qada dan qadar yang berjalan melalui Sunnatullah.
Qada dan Qadar Berjalan Alami dan Merata
Menjelaskan arti qada dan qadar berjalan menurut hukum sunnatullah secara alami dan merata berarti memahami bahwa hukum-hukum Allah SWT berlaku untuk semua makhluk-Nya, tanpa terkecuali. Tidak ada seorang pun yang bisa lolos dari Sunnatullah. Baik orang kaya maupun miskin, kuat maupun lemah, semua tunduk pada hukum-hukum Allah SWT.
Contohnya, hukum gravitasi berlaku untuk semua benda di alam semesta, tanpa memandang ukurannya atau komposisinya. Begitu juga dengan hukum sebab-akibat. Setiap tindakan pasti akan memiliki konsekuensi, baik konsekuensi yang baik maupun konsekuensi yang buruk.
Qada dan qadar Allah SWT juga berlaku secara merata. Setiap manusia memiliki takdirnya masing-masing. Namun, takdir tersebut tidak bersifat fatalistik. Kita tidak hanya pasrah menunggu apa yang akan terjadi. Kita memiliki kebebasan untuk memilih dan berusaha.
Allah SWT memberikan kita akal dan pikiran untuk berpikir, memilih, dan bertindak. Kita bertanggung jawab atas pilihan-pilihan kita. Jika kita memilih untuk melakukan kebaikan, maka Allah SWT akan memberikan kita pahala. Jika kita memilih untuk melakukan keburukan, maka kita akan mendapatkan dosa.
Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Memahami qada dan qadar yang berjalan melalui Sunnatullah memiliki implikasi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari.
- Mendorong Kita untuk Berusaha: Keyakinan pada qada dan qadar tidak boleh membuat kita menjadi pasif dan malas. Sebaliknya, keyakinan ini seharusnya mendorong kita untuk berusaha sekuat tenaga, karena kita tahu bahwa Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali mereka berusaha mengubahnya sendiri (QS. Ar-Ra’d: 11).
- Menerima Hasil dengan Lapang Dada: Setelah berusaha sekuat tenaga, kita harus menerima hasil apa pun yang kita peroleh dengan lapang dada. Jika kita berhasil, maka kita harus bersyukur kepada Allah SWT. Jika kita gagal, maka kita tidak boleh putus asa. Kita harus yakin bahwa Allah SWT memiliki rencana yang lebih baik untuk kita.
- Meningkatkan Ketakwaan: Memahami bahwa segala sesuatu terjadi atas izin Allah SWT akan meningkatkan ketakwaan kita. Kita akan selalu berusaha untuk menjalankan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
- Menghindari Kesombongan: Kesuksesan yang kita raih adalah atas izin Allah SWT. Oleh karena itu, kita tidak boleh sombong dan merasa bahwa kesuksesan tersebut semata-mata karena usaha kita sendiri.
- Memperbaiki Diri: Kegagalan yang kita alami harus menjadi pelajaran bagi kita. Kita harus introspeksi diri dan mencari tahu apa yang salah dengan usaha kita. Dengan begitu, kita bisa memperbaiki diri dan berusaha lebih baik lagi di masa depan.
Contoh Konkrit
Mari kita ambil contoh sederhana: Seseorang ingin menjadi seorang dokter.
- Usaha: Orang tersebut belajar dengan giat, mengikuti bimbingan belajar, dan berdoa kepada Allah SWT. Ini adalah bentuk ikhtiar atau usaha.
- Sunnatullah: Kemampuan orang tersebut menyerap ilmu, kualitas pendidikan yang diterima, dan kesehatan fisiknya semua bekerja sesuai dengan Sunnatullah.
- Qada & Qadar: Allah SWT sudah menetapkan takdir orang tersebut, apakah dia akan berhasil menjadi dokter atau tidak. Namun, ketetapan ini tidak terlepas dari usaha dan doa yang telah dilakukannya. Jika orang tersebut berusaha dengan sungguh-sungguh dan Allah SWT mengizinkan, maka ia akan menjadi dokter. Jika ia kurang berusaha atau Allah SWT berkehendak lain, maka ia mungkin akan menjadi profesi lain.
Dalam contoh ini, kita melihat bahwa qada dan qadar berjalan melalui Sunnatullah. Usaha, doa, dan hukum-hukum alam (misalnya, kemampuan otak untuk belajar) semua berperan dalam menentukan hasil akhir.
Kesimpulan
Menjelaskan arti qada dan qadar berjalan menurut hukum sunnatullah secara alami dan merata adalah memahami bahwa Allah SWT telah menetapkan segala sesuatu, namun ketetapan tersebut direalisasikan melalui hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya di alam semesta (Sunnatullah). Keyakinan pada qada dan qadar seharusnya mendorong kita untuk berusaha sekuat tenaga, menerima hasil dengan lapang dada, meningkatkan ketakwaan, menghindari kesombongan, dan memperbaiki diri. Dengan memahami qada dan qadar dengan benar, kita akan menjadi muslim yang lebih baik dan menjalani kehidupan dengan lebih tenang dan bahagia. Pemahaman ini juga menjauhkan kita dari pemikiran fatalistik dan mendorong kita untuk menjadi agen perubahan yang positif dalam kehidupan ini.