Apa Arti

Mencari Arti

Apa Arti

Mencari Arti

Merantau: Menggali Hikmah dari Nasihat Imam Syafii

Merantau, sebuah tradisi yang telah lama dilakukan oleh manusia, seringkali dikaitkan dengan upaya mencari rezeki, ilmu, atau pengalaman baru. Dalam khazanah pemikiran Islam, merantau memiliki kedudukan yang istimewa, salah satunya tercermin dalam perkataan Imam Syafii tentang merantau yang sangat terkenal. Nasihat beliau tidak hanya relevan di masa lalu, tetapi juga tetap relevan dan menginspirasi di era modern ini. Artikel ini akan mengupas tuntas makna, manfaat, dan relevansi perkataan Imam Syafii tentang merantau dalam konteks kehidupan masa kini.

Mengenal Imam Syafii dan Pemikirannya

Sebelum membahas lebih jauh tentang perkataan Imam Syafii tentang merantau, penting untuk mengenal sosok Imam Syafii itu sendiri. Beliau adalah Muhammad bin Idris asy-Syafii, seorang ulama besar yang lahir di Gaza pada tahun 150 H (767 M) dan wafat di Mesir pada tahun 204 H (820 M). Imam Syafii dikenal sebagai pendiri Mazhab Syafii, salah satu mazhab fikih yang paling banyak diikuti oleh umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Pemikiran Imam Syafii sangat berpengaruh dalam perkembangan hukum Islam. Beliau dikenal dengan metode ijtihadnya yang sistematis dan komprehensif. Nasihat-nasihat beliau, termasuk perkataan Imam Syafii tentang merantau, tidak hanya didasarkan pada dalil-dalil agama, tetapi juga pada pengamatan beliau terhadap kehidupan sosial dan budaya.

Perkataan Imam Syafii Tentang Merantau: Sebuah Refleksi Kebijaksanaan

Perkataan Imam Syafii tentang merantau yang paling terkenal berbunyi:

"ﻣﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻘﺎﻡ ﻟﺬﻱ ﻋﻘﻞ ﻭﻻ ﺃﺩﺏ * ﻣﻦ ﺭﺍﺣﺔ ﻓﺎﺗﺮﻙ ﺍﻷﻭﻃﺎﻧَﺎ ﻭﺍﻏﺘﺮﺏ

ﺳﺎﻓﺮ ﺗﺠﺪ ﻋﻮﺿﺎً ﻋﻤﻦ ﺗﻔﺎﺭﻗﻪ * ﻭﺍﻧْﺼﺐ ﻓﺈﻥ ﻟﺬﻳﺬ ﺍﻟﻌﻴﺶ ﻓﻲ ﺍﻟﻨَّﺼَﺐ

ﺇﻧﻲ ﺭﺃﻳﺖُ ﻭﻗﻮﻑ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻳﻔﺴﺪﻩ * ﺇﻥ ﺳﺎﺡ ﻃﺎﺏ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳَﺠْﺮِ ﻟﻢ ﻳَﻄﺐ

ﻭﺍﻷُﺳْﺪُ ﻟﻮﻻ ﻓﺮﺍﻕُ ﺍﻷﺭْﺽ ﻣﺎ ﺍﻓﺘﺮﺳﺖ * ﻭﺍﻟﺴَّﻬْﻢُ ﻟﻮﻻ ﻓﺮﺍﻕُ ﺍﻟﻘﻮﺱ ﻟﻢ ﻳﺼﺐ

BACA JUGA:  Ketika Penghargaan Sirna: Memahami dan Menghadapi Istri yang Kurang Menghargai Suami

ﻭﺍﻟﺸﻤﺲ ﻟﻮ ﻭﻗﻔﺖْ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﻠﻚ ﻟﻤﻠَّﻬﺎ * ﺍﻟﻨﺎﺱُ ﻋﺠﻤﺎً ﻣﻨﻬﻢ ﻭﻣﻦ ﻋﺮﺏ"

Terjemahan bebasnya adalah:

"Tak ada kenikmatan bagi orang berakal dan beradab di tempat tinggalnya. Tinggalkanlah tanah air dan merantaulah!

Berpergianlah, kau akan dapatkan pengganti dari orang yang kau tinggalkan. Berlelah-lelahlah, karena kelezatan hidup itu ada dalam keletihan.

Sungguh, aku melihat air yang diam akan membusuk. Jika mengalir, ia akan jernih. Jika tidak mengalir, ia tidak akan jernih.

Singa tidak akan memangsa jika tidak meninggalkan sarangnya. Anak panah tidak akan mengenai sasaran jika tidak meninggalkan busurnya.

Matahari pun, jika ia diam di garis edarnya, niscaya manusia akan bosan kepadanya, baik yang ‘ajam (non-Arab) maupun yang Arab."

Makna Mendalam dari Perkataan Imam Syafii Tentang Merantau

Perkataan Imam Syafii tentang merantau mengandung makna yang sangat dalam dan relevan untuk diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan. Beberapa poin penting yang dapat kita petik dari nasihat beliau adalah:

  • Perubahan dan Pertumbuhan: Imam Syafii menekankan bahwa kehidupan yang stagnan tidak akan membawa kemajuan. Merantau adalah sebuah bentuk perubahan yang memaksa kita untuk keluar dari zona nyaman dan menghadapi tantangan baru. Proses adaptasi dengan lingkungan baru akan memacu pertumbuhan diri, baik secara intelektual, emosional, maupun spiritual.
  • Pencarian Pengganti: Saat merantau, kita mungkin akan meninggalkan orang-orang terdekat dan lingkungan yang sudah kita kenal. Namun, Imam Syafii mengingatkan bahwa kita akan menemukan pengganti yang lebih baik, baik berupa teman baru, pengalaman berharga, maupun peluang yang lebih menjanjikan.
  • Kerja Keras dan Keuletan: Merantau tidak selalu mudah. Kita akan menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan. Imam Syafii menekankan pentingnya kerja keras dan keuletan dalam menghadapi tantangan tersebut. Beliau meyakini bahwa kelezatan hidup akan dirasakan setelah melalui proses yang melelahkan.
  • Analogi Alam: Imam Syafii menggunakan analogi alam untuk memperkuat argumennya. Beliau mencontohkan air yang membusuk jika tidak mengalir, singa yang tidak bisa memangsa jika tidak meninggalkan sarangnya, anak panah yang tidak mengenai sasaran jika tidak meninggalkan busurnya, dan matahari yang akan membuat bosan jika tidak bergerak. Semua contoh ini menunjukkan bahwa perubahan dan pergerakan adalah kunci untuk mencapai tujuan dan menghindari stagnasi.
BACA JUGA:  Inspirasi Hidup dari Kata Mutiara Aidh Al-Qarni

Implementasi Perkataan Imam Syafii Tentang Merantau di Era Modern

Perkataan Imam Syafii tentang merantau tetap relevan dan dapat diimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan di era modern ini. Beberapa contoh implementasinya adalah:

  • Pendidikan: Belajar di luar negeri atau di kota lain dapat memberikan pengalaman yang berharga dan memperluas wawasan. Bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya dan pemikiran akan memperkaya perspektif kita tentang dunia.
  • Karier: Mencari pekerjaan di luar kota atau bahkan di luar negeri dapat membuka peluang yang lebih besar. Kita akan mendapatkan pengalaman kerja yang berbeda dan membangun jaringan profesional yang lebih luas.
  • Pengembangan Diri: Mengikuti program pertukaran pelajar, relawan, atau perjalanan solo dapat menjadi sarana untuk mengembangkan diri. Kita akan belajar tentang diri sendiri, mengatasi rasa takut, dan menjadi lebih mandiri.
  • Bisnis: Memperluas bisnis ke pasar baru di luar kota atau bahkan di luar negeri dapat meningkatkan keuntungan dan memperluas jangkauan. Kita akan belajar tentang budaya dan preferensi konsumen yang berbeda, serta beradaptasi dengan regulasi yang berbeda.

Kesimpulan

Perkataan Imam Syafii tentang merantau adalah nasihat yang sangat berharga dan relevan untuk diterapkan dalam kehidupan kita. Merantau bukan hanya tentang mencari rezeki atau ilmu, tetapi juga tentang mengembangkan diri, menghadapi tantangan, dan mencapai potensi maksimal. Dengan memahami makna mendalam dari perkataan Imam Syafii tentang merantau, kita dapat mengambil langkah berani untuk keluar dari zona nyaman dan meraih kesuksesan di berbagai bidang. Ingatlah bahwa perubahan dan pergerakan adalah kunci untuk mencapai tujuan dan menghindari stagnasi. Maka, beranilah untuk merantau dan menggali hikmah yang terkandung di dalamnya.

Merantau: Menggali Hikmah dari Nasihat Imam Syafii
Scroll to top